Viagra Dapat Memperpanjang Kesegaran Tanaman

Kandungan sidenafil dalam viagra, yang dapat meningkatkan daya seksualitas kaum pria, ternyata dapat memperpanjang kesegaran bunga. Larutan 1 mg viagra bisa memperlama kesegaran tanaman hingga lima hari.

Pendapat itu disampaikan Prof Ir Antonius Suwanto, ahli dari Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor (MIPA-IPB), pada Seminar Nasional Biofisika dan Fisika Medis di Kampus IPB Darmaga kemarin.

"Sebuah temuan baru menyatakan, viagra bukan monopoli pria saja, tetapi juga memperpanjang kesegaran bunga," katanya, seperti dikutip Antara.

Acara yang diselenggarakan atas kerja sama Departemen Fisika IPB dan Departemen Fisika Universitas Indonesia (UI) itu dihadiri pula oleh Prof Ng Kwan Hoog dari Universitas Malaya, Dr Hamdani Zain (UI), Dr Freddy Haryanto (ITB), dan para pemakalah dari beberapa perguruan tinggi, lembaga penelitian, maupun rumah sakit.

Antonius mengatakan senyawa sidenafil dalam viagra mampu memperpanjang kesegaran bunga dan buah pascapanen. Dikemukakannya, larutan 1 mg viagra bisa menahan tekanan turgor pada arbei, bunga mawar, dan brokoli selama lima hari.

Selain manfaat viagra terhadap tanaman, Antonius juga memaparkan beberapa potensi keanekaragaman hayati yang bila disentuh teknologi, ilmu fisika, bisa bermanfaat lain. "Keunggulan serat pada jaring laba-laba, misalnya, meskipun lebih kecil dari rambut manusia, lebih ringan dari serat kapas, tetapi lima kali lebih kuat dibanding kabel baja. Kelebihan sifat fisik jaring laba-laba itulah yang mengilhami peneliti untuk membuat kevlar, sejenis serat yang tahan tekanan dan racun untuk pakaian antipeluru," tambahnya.

Meski menjadi inspirasi ilmuwan, kata dia, tetap saja kekuatan jaring laba-laba belum ada yang menandingi. Senjata laba-laba ini masih tiga kali lebih kuat dari kevlar. Ia juga menyoroti produk-produk bakteri yang memungkinkan dikembangkannya biomaterial lain, seperti nata de coco.

"Bukan cuma enak dimakan, nata de coco bisa menjadi bahan audio membran dan novel biomaterial yang sangat bagus," katanya. Dijelaskannya bahwa nata de coco merupakan produk sampingan bakteri Acetobacter xylinum.

Bakteri tersebut mengubah glukosa menjadi selulosa berkekuatan tinggi dengan ukuran supermini. Lebar diameter selulosa bakteri asam ini 0,1 mikrometer, dan itu jauh lebih kecil dari serat kapas dan kayu yang lebar diameternya berkisar 10 mikrometer.

Di bidang industri pangan, bakteri yang hidup pada suhu 90 derajat Celsius ke atas --seperti di pemandian air panas Dieng dan Bledug Kuwu-- bisa dimanfaatkan untuk pembuatan enzim penting dalam pembuatan roti.

Enzim tersebut bersifat tahan panas sehingga roti terpanggang sempurna. Dengan begitu, akan diperoleh roti empuk, lunak, lama mengembang, dan berdaya simpan lama.

Sumber : Suara Pembaruan

0 komentar:

Posting Komentar