Bagi sebahagian orang definisi syukur nikmat tentu sudah dipahami bahkan dilaksanakan. Namun banyak juga orang yang paham syukur nikmat secara teoritis tetapi kerdil dalam pelaksanaannya. Hal ini bukan sama sekali yang bersangkutan tidak melaksanakan pamahaman tentang syukur nikmat. Akan tetapi mereka terjebak bahwa syukur nikmat diwujudkan dengan hal-hal yang besar atau ritual belaka. Banyak sekali hal dalam keseharian hidup kita bisa dijadikan praktek syukur nikmat.
Makan, adalah sesuatu yang semua orang akan menjalaninya setiap hari. Namun begitu banyak orang yang makan setiap hari, namun tidak berbagi setiap hari. Banyak orang yang makan dan berbagi tetapi dengan menzholimi diri. Mereka makan hari ini tapi masih memikirkan hari esok sehingga apa yang dimakan ala kadarnya. Baik dari segi asupan gizi yang dibutuhkan atau kualitas makanan yang dimakan. Padahal dirinya mampu saat itu membeli makanan dengan asupan gizi dan kualitas makanan yang lebih baik. Bukan berarti kita tidak memikirkan esok makan apa, namun bila hal itu dilakukan hampir setiap hari bisa jadi sesuatu yang patut diupertanyakan.
Hidup hari esok adalah mimpi bagi setiap makhluk bernyawa. Artinya jangan harap PASTI kita akan menemui mimpi hidup esok hari. Bisa jadi apa yang kita nikmati saat ini itulah makanan yang terakhir dinikmati di dunia ini. Tidak terbayangkan orang-orang yang setiap hari hanya makan kerupuk dan garam demi membangun rumah di kampung. Padahal untuk makan yang lebih baik mereka sanggup dan mampu untuk membelinya. Akhirnya rentetan penyakit dan keiringkihan tubuh terjadi. Bila sudah begini apakah kita TIDAK ZHOLIM terhadap diri kita sendiri. Padahal Allah mengamanahkan tubuh yang sangat sempurna ini untuk dijaga dan dirawat. Hingga nanti masa kontrak tubuh ini berakhir. Jangan sampai lambung atau kerongkongan kita berbicara di hari pembalasan nanti.
Memang kita juga harus mempersiapkan sesuatu untuk esok hari. Namun hal itu tidak berarti mengindahkan nikmat yang kita dapat hari ini apalagi dengan berbagi bersama orang lain. Walau hanya sekedar beberapa saat dan tidak setiap hari kita bisa berbagi. Terkadang tali silatuhim dapat dipererat bukan dengan mengatakan, "saya saudara kamu..", namun dapat kita pererat dengan saling berbagi. Karena hal itu lebih nyata ketimbang lembaran materi tentang persaudaraan, namun kosong dalam penerapan.
Kawan, hidup adalah bagaimana hari ini bukan bagaimana besok. Makan tempe hari ini dari sesuatu yang halal hasil keringat kita lebih berharga daripada esok makan ayam bakar namun masih mimpi.
Anda...teman-teman...kawan-kawan TIDAK SEPAKAT...silahkan !!!
RK 1 :: Mendidik dan Mengajar, Sudahkah?
2 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar