Rabu, 30 Desember 2009, perjalanan yang cukup melelahkan sore itu, survey lokasi untuk wisata teman-teman kantor ke daerah Kota Tua dan Muara Angke. Maklum acara tinggal 4 hari lagi sambil estimasi lamanya perjalanan serta akomodasi yang tepat pada hari H. Dikarenakan sudah lama tidak menikmati perjalanan kereta listrik dari stasiun Kota, maka BOTOL memutuskan menumpang kereta listrik untuk kembali ke kantor di bilangan Lenteng Agung. Alhamdulillah saat itu dapat tempat yang lumayan pewe (posisi wu enak) di kereta listrik. Padahal biasanya sangat susah dan penuh perjuangan. Ternyata lumayan lama menunggu keberangkatan kereta, padahal saat itu waktu telah menunjukkan pukul 19.30 WIB. Namun tiba-tiba, "Assalamu'alaikum...tu...atu...", suara upin dan ipin terdengar dari handphone yang berarti tanda ada sms masuk. Pesan langsung terbaca yang berbunyi...'Innalillahi wa inna ilaihi roji'un, KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur telah meninggal dunia tadi sekitar pukul 18.50 WIB'.
Saat itu BOTOL agak terdiam sesaat, membiarkan diri ini mensintesis berita dari sms tersebut. Namun setelah melihat pengirim sms tersebut, maka sirna keraguan bahwa berita itu tidak benar dan 'Innalillahi wa inna ilaihi roji'un......terucap dari bibir. Memang beberapa hari sebelumnya BOTOL sempat melihat tayangan televisi dimana beliau (Almarhum Gus Dur) dirawat di RSCM karena mengalami gangguan kesehatan. Ternyata begitu cepat Allah memanggil Presiden RI ke-4 tersebut ke sisi-Nya. Kusimpan beberapa pertanyaan di hati tentang apa dan bagaimana beliau wafat hingga tiba di kantor nanti.
Sesampainya di kantor dan sesaat melepas lelah setelah bepergian, lalu BOTOL menunaikan shalat Isya. Setelah itu langsung menuju komputer untuk meng-up date berita di internet mengenai wafatnya Gus Dur. Ternyata hampir semua situs berita di internet headline-nya tentang kepergian beliau untuk selamanya di dunia ini. Prosesi kepergian jenazah beliau direncanakan berangkat dari rumah di Jalan Warung Silah X Ciganjur, Jakarta Selatan sekitar pukul 06.00 WIB menuju Jombang Jawa Timur. Kebetulan daerah tersebut dekat sekali dengan Lenteng Agung dimana kantor BOTOL saat ini berada. Selain itu setiap hari BOTOL pun melewati Jalan Warung Silah yang merupakan akses menuju kantor. Walaupun BOTOL bukan penggemar atau kaum Nahdiyin, namun terlintas niat untuk melihat terakhir kalinya jenazah beliau. Apalagi keberangkatan jenazah menuju Jombang pada pagi hari sehingga tidak mengganggu aktivitas kerja, jadi BOTOL memutuskan menginap di kantor agar pagi harinya dapat melihat jenazah beliau.
Paginya sekitar jam 06.30 WIB iring-iringan jenazah Gus Dur melewati Jalan Raya Lenteng Agung dengan pengawalan yang tidak terlalu ketat sehingga rakyat sepanjang jalan dapat melihat bahkan mengabadikannya. BOTOL mengikuti iring-iringan tersebut dengan sepeda motor hingga tiba di jembatan Tanjung Barat sebelum pintu tol. Disana mobil jenazah berhenti cukup lama sebelum masuk pintu tol. Banyak rakyat yang melihat serta mendokumentasikannya, baik sekedar mem-foto atau mem-videokan, tak terkecuali BOTOL. Dengan kamera HP yang hanya 2 MP BOTOL sempat mengabadikan beberapa angel foto mobil jenazah beliau. Terlihat mobil jenazah Garnisun yang kacanya transparan sehingga terlihat peti jenazah beliau beserta istri serta anak-anaknya di dalamnya. Sebuah pemandangan yang sangat mengharukan serta membuat BOTOL tersentak, bahwa ajal tidak mengenal waktu, usia, dan bahkan menjemput siapa saja.
Namun yang sangat menarik perhatian BOTOL adalah pengawalan yang tidak terlalu ketat, sehingga rakyat dapat melihat peti jenazah bahkan mengambil gambar. Sungguh sesuatu yang tidak biasa bagi kebanyakan tokoh atau pejabat yang ketika hidup bahkan meninggal sangat jauh dari rakyat. Pemandangan saat itu sangat berbeda, memungkinkan rakyat untuk melihat lebih dekat dan melepas terakhir kalinya tokoh bangsa Presiden RI ke-4 tersebut. Terlepas dari pro kontra atau kontroversial tentang beliau, peristiwa saat itu menunjukkan beliau cukup dekat dengan rakyat baik saat hidup bahkan ketika pergi untuk selamanya dari di dunia ini. Hal ini bisa BOTOL bandingkan dengan wafatnya tokoh atau pejabat lainnya di negeri ini yang penuh protokoler dan super ketat pengamanannya.
Kini, beliau telah pergi meninggalkan dunia ini untuk selamanya. Sekali lagi, BOTOL bukanlah penggemar atau kaum Nahdiyin. Namun Allah menciptakan kita untuk peka terhadap peristiwa yang terjadi di dunia ini dan dapat mengambil hikmahnya. Gus Dur memang tokoh yang kontroversial, namun pelajaran bagi bangsa ini yang dapat diambil adalah beliau mencoba memudahkan sesuatu dan tidak mempersulit. Seperti ucapan yang beliau sering lontarkan dan kini menjadi ikon, yaitu 'Gitu Aja Kok Repot'. Bagi BOTOL ikon itu sedikit banyak memberikan pelajaran bahwa seharusnya pemimpin mempermudah urusan rakyatnya, bukan mempersulit. Bahkan pemimpin harus dekat dengan rakyatnya bahkan ketika meninggal dunia. Selain itu, beliau pun mengajarkan kepada kita untuk mencintai bangsa sendiri. Hal itu dibuktikan beliau dengan menjalani pengobatan dan perawatan bahkan hingga wafat di RSCM, rumah sakit dalam negeri. Bukan seperti kebanyakan pejabat atau tokoh yang lebih mempercayakan pengobatan dan perawatan di rumah sakit luar negeri, bahkan hingga meninggal dunia.
BOTOL memang bukan penggemar Gus Dur atau kaum Nahdiyin, namun beliau telah memberikan kontribusinya untuk bangsa ini. Memang di belahan dunia mana pun akan terjadi pro kontra, karena Allah ingin menunjukkan kepada kita kuasa-Nya. Kini, hanya foto mobil jenazah beliau yang menjadi kenangan tersendiri bagi BOTOL. Mudah-mudahan negeri ini dapat mengambil pelajaran dari seorang KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Selamat Jalan Tokoh Bangsa.....Selamat Jalan Guru Bangsa.....!!!
0 komentar:
Posting Komentar