Ga Enak Jadi Posisi 'Tengah'

Posisi menentukan prestasi !!!
Yup, kalimat yang sering kita dengar bahkan sering dipraktekkan. Tentunya bukan sesuatu yang buruk ingin didapatkan bahkan sebaliknya terkait ungkapan tersebut. Entah posisi depan, belakang, kering, basah, enak, ga enak, bahkan posisi tengah. Khusus posisi 'tengah', banyak orang yang mendambakan itu. Dengan maksud tidak ng-blok salah satu pihak dalam sebuah situasi atau kondisi. Ya, sebuah posisi yang mayoritas mengatakan lumayan enak tanpa menimbulkan konflik. Bahkan mudah bila di kemudian hari ingin cenderung ke salah satu pihak atau blok.

Namun yang BOTOL rasakan belakangan ini kok agak berbeda dengan pandangan itu. Posisi 'tengah' yang tidak begitu menyenangkan sering terjadi. Misalnya, ketika kebutuhan SDM yang mendesak terkait beban tugas di kantor yang tak tertangani. Sesuai kebutuhan dan peruntukan tentu saja menjadi bagian penting sebuah rekrutmen SDM. Terlepas apa dan bagaimana posisi SDM yang sedang dicari, pasti setiap orang mencari yang 'mendekati' kebutuhan bahkan yang memang tepat. Klo dalam istilah manajemen barangkali adalah right man in the right place. Sebagai seorang midle decision maker di kantor sungguh posisi yang kadang sulit bahkan teramat sulit. Hal itu dikarenakan ada top decision maker alias owner yang sangat menentukan dalam sehingga terkadang terdapat barrier decision maker saat pertemuan terjadi.

Satu hal yang sangat sensitif bahkan cenderung 'mentok' adalah saat pertemuan untuk pengambilan keputusan mengenai uang. Wajar sebagai owner tentunya akan sangat hati-hati bahkan sangat selektif bila membahas mengenai uang. Uang inilah yang nantinya akan membentuk honor atau gaji atau salary atau bayaran dan istilah lainnya. Yang menjadi 'seru' adalah saat kebutuhan akan SDM yang mendesak dihadapkan dengan kondisi keuangan kantor yang tidak memungkinkan versi owner. Padahal dalam kacamata awam tentang membuka usaha, terdapat 'resiko' yang harus ditanggung bahkan dikorbankan. Hal inilah barangkali menjadi 'PR' tersendiri sang owner. Namun tidak bisa dikatakan hal yang wajar bila ada sedikit 'royal' terhadap hal-hal yang tidak prioritas dilakukan oleh sang owner. Padahal di sisi lain, kebutuhan akan SDM yang baik mutlak menjadi agenda prioritas utama demi keberlangsungan usaha.

Sebagai midle decision maker, BOTOL belakangan mengalami hal itu. Posisi 'tengah' antara kebutuhan SDM yang baik dan handal berbenturan dengan 'tidak royal'-nya owner akan pengorbanan keuangan. Padahal selama ini hal itulah yang menjadi 'bara' bagi staf dan karyawan di kantor. Kembali BOTOL sebagai posisi 'tengah' bagi karyawan dan owner sangat tidak nyaman bahkan cenderung 'menghela nafas' bila terjadi. Terkadang posisi 'tengah' ini menjadikan posisi yang jumud alias stagnan untuk melakukan ekspansi demi kebaikan perusahaan. Baik SDM, marketing, pelayanan, produk, bahkan hal lainnya. Yang pasti selama ini yang ada dalam fikiran BOTOL dan menghindari prasangka kontraproduktif adalah menganggap sang owner belum mengerti. Klo pun sudah mengerti namun 'tidak royal', itu kembali kepada mereka di mata Tuhan. Barangkali di kemudian hari akan menjadi 'bom waktu' bagi keberlangsungan perusahaan.

Saat ini posisi 'tengah' tersebut masih berlangsung dan masih dilakoni BOTOL dengan sedikit 'fleksibel'. Artinya terkadang BOTOL mengambil keputusan 'semi' demi kebaikan kantor, karyawan, dan kebutuhan kantor. Semoga Tuhan merestui...Amin!!!

2 komentar:

mas, baca judulnya, ane kira ente bakal nyeritain about ... (sensitif). eh gak taunya studi kasus di tempat tercinta.

gimana kabar anak en istri?upsss, maap

dasar viktor...
anak??? istri???

Posting Komentar