Pengalaman hidup seseorang merupakan rentetan-rentetan peristiwa atau kejadian yang terekam dan terakumulasi dalam sejarah kehidupannya. Namun dari sekian banyak rentetan-rentetan peristiwa tersebut, pasti ada satu atau lebih yang 'beda' dari lainnya. Entah karena itu lucu, sedih, unik, atau sangat berkesan. Yang jelas itu akan membuat berbeda atau istimewa bagi si empunya kisah tersebut.
Tersebutlah seorang anak manusia yang mengalami rentetan peristiwa hidup yang 'lumayan' berkesan bagi sejarah hidupnya. Atas nikmat Allah Yang Maha Kuasa dirinya mendapat kesempatan kuliah di salah satu PTN melalui jalur UMPTN. Ini mungkin hal yang biasa-biasa saja bagi sebagian orang bahkan sebaliknya bagi sebagian yang lain.
Dunia kuliah di PTN akhirnya ia jalani dengan segala idealisme bercampur rasa penasaran. Aktivitas demi aktivitas dijalaninya, baik kuliah formal maupun kuliah informal (baca: aktivitas organisasi). Ternyata kuliah informal justru lebih besar magnetnya dibandingkan kuliah formal selama hampir 4 tahun dijalani. Wajar bila ketimpangan fokus bahkan prioritas kuliah mengalami proses penyimpangan dari normal. Kebanyakan mahasiswa lebih banyak kuliah formal di kampus, sebaliknya tidak bagi dia. Tentu dapat ditebak efek langsung maupun tidak langsung dari hal tersebut. Satu sisi kematangan manajemen diri dan waktu dirinya juga masih dalam proses pematangan bahkan coba-coba. Kuliah jarang masuk, tugas-tugas terbengkalai, mata kuliah repeat bahkan trepeat, nilai kebanyakan rantai karbon, dan efek lainnya.
Namun di sisi lain justru sebaliknya, aktivitas organisasi justru menanjak dengan parameter posisi-posisi penting dipegangnya. Rapat ke rapat, demo ke demo, debat ke debat, birokrat ke birokrat, semua dilahapnya bak makan setelah puasa beberapa hari. Bagi dirinya semua itu dilakukan karena ada sesuatu yang menantang diiringi 'panggilan' hati kecil untuk berbuat sesuatu. Tentu tidak sendirian, karena ia merupakan salah satu penumpang 'gerbong' penyeru kebenaran di kampus. Inilah faktor lainnya yang menguatkan aktivitasnya selama 4 tahun itu.
Tragedi yang lumayan 'berkesan' bagi dirinya adalah saat akan mencalonkan diri sebagai Ketua BEM Fakultas di kampus tersebut. Track record aktivitas yang cukup lumayan selama 2 tahun ternyata menjadi pertimbangan para petinggi 'gerbong' untuk mengajukan dirinya sebagai calon resmi 'gerbong' penyeru kebenaran. Apalagi sukses prestasi kepemimpinan dirinya setahun sebelumnya sebagai ketua HIMA/BEM Jurusan. Akhirnya dirinya ikut dalam Penyaringan Bakal Calon Ketua BEM Fakultas tersebut versi 'gerbong'.
Sudah diduga sebelumnya, dirinya terpilih sebagai calon resmi atas nama 'gerbong' dengan proses yang demokratis dan 'gerbongatis' menuju pencalonan secara formal.
Seyogyanya siapapun yang calon resmi dan terpilih nantinya dalam kancah pemilihan formal, idealnya ada calon lain yang menemani maju sebagai kandidat juga dari kalangan 'gerbong'. Namun entah mencari aman atau 'pengecut' tidak ada satupun dari mereka yang mau apalagi berani maju sebagai kandidat. Satu sisi kandidat dari luat 'gerbong' tidak ada yang merespon atau mencalonkan diri sebagai kandidat. Hal ini dikarenakan mereka cukup dekat dengan dirinya. Sehingga hitung-hitungan politik mereka tidaka akan mampu menang dalam pemilihan calon ketua BEM Fakultas itu. Akhirnya jadilah dirinya CALON TUNGGAL secara pemilihan formal.
Pada kondisi lainnya adalah besarnya dukungan rakyat kampus ditambah rakyat 'gerbong' terhadap dirinya, maka besar peluang untuk terpilih. Sehingga salah satu senior berucap jangankan dirinya, BOTOL pun akan terpilih. Namun bagi dirinya ini adalah hal aneh dan membuat tidak nyaman menjalaninya. Satu hal yang menguatkan dirinya adalah biarlah orang seperti dirinya dengan segala keterbatasan yang ada BERANI dan BERTANGGUNGJAWAB terhadap amanah itu. Padahal banyak orang lain dari 'gerbong' yang memiliki kemampuan dan kapasitas yang mumpuni untuk menjadi kandidat. Apakah mereka TAKUT, PENGECUT, atau MENCARI AMAN menghadapi politik kampus.
Sejak peristiwa itu ada perasaan tak karuan saat menjalaninya. Akhirnya kenyataan itu terjadi, naiklah dirinya menjadi seorang Ketua BEM Fakultas dengan kapasitas dan julukan BOTOL. Alhamdulillah hingga saat ini kurang lebih 8 tahun peristiwa itu berlalu, TIDAK ADA rasa penyesalan dalam diri. Walaupun banyak pengorbanan yang harus dirasakan hingga masa kuliah sampai 6 tahun untuk lulus.
Banyak hikmah yang dapat dipetik saat menjadi seorang BOTOL. Tekanan, konflik, nilai hancur, cercaan, makian, pujian, fitnah, 'asmara', dan lainnya bercampur menjadi satu. Barangkali ini salah satu peristiwa dari rentetan-rentetan sejarah kehidupan dirinya. Kedewasaan, kemandirian, kesabaran, keadilan, pengertian, persahabatan, pengkhianatan, diantaranya yang membuat diri ini hingga sekarang merasakannya. Ternyata hidup ini begitu indah bila kita cerdas dan jernih melihat peristiwa-peristiwa menjadi rentetan sejarah kehidupan anak manusia.
Terima kasih Ya Rabb Yang MAHA MENGETAHUI perjalanan hidup hambamu ini.
Mungkin BOTOL adalah salah satu jalan untuk mengabdi kepada-Mu.
Amin...!!!!
2 komentar:
ooooo....kirain BOTOL itu Bodoh & Tolol...
Ternyata lumayan filosofis...siiip!!
jadi sedih dan haru bercampur gmn gtu klo dibaca berulang kali...
Posting Komentar